Mengunjungi Kota Jogyakarta atau lebih singkatnya Jogya adalah mengunjungi sebuah kota dengan peradaban sejarah dan budaya yang panjang. Kota Jogya adalah kota yang menyimpan banyak cerita tentang sejarah kerajaan Mataram di masa jayanya sekitar tahun 1575-1640. Secara fisik warisan budaya dan fisik bangunan istana kerajaan Mataram sampai saat ini masih dapat dilihat melalui berbagai aktivitas dan arsitektur bangunan keraton Jogya. Dan sampai saat ini Keraton Jogya masih tetap menjadi pusat kehidupan tradisional dan meskipun ada modernisasi, keraton tetap memancarkan semangat kemurnian, yang ditandai dengan kebudayaannya selama berabad-abad.
Jogya merupakan salah satu pusat kebudayaan di tanah Jawa. Musik, tari, wayang kulit, keris, batik, berbagai ornamen, arsitektur bangunan dan berbagai upacara tradisi budaya merupakan sebuah bentuk aktualisasi masa lalu, klasik, unik, serta tetap dilakoni, diminati dan memancarkan pesona dan sekaligus sebagai sebuah bentuk “simbol kehidupan di tanah Jawa”.
Ternyata Jogya tidak hanya menyimpan sejarah kerajaan mataram beserta tradisi dan budayanya, namun juga menyimpan simbol peradaban masa lalu yang fenomenal, yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Meski pun kedua Candi tersebut secara administrasi tidak berada dalam wilayah administrasi Kota Jogya. Namun karena hubungan sejarah dan kemudahan akses, maka kedua simbol peradaban masa lalu itu, juga identik dengan Jogya.
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan paling terkenal di Indonesia. Kemudian Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar dan sekaligus tercatat sebagai salah satu “tujuh keajaiban di dunia”. Borobudur dapat dicapai selama 1 jam atau dengan jarak hanya 42 km sebelah barat laut Yogyakarta. Dalam perjalanan ke Borobudur, dapat mengunjungi Candi Mendut dan Candi Pawon. Candi Mendut merupakan tempat untuk pemujaan, dengan adanya arca Budha Gautama di dalamnya.
Selain warisan budaya, ternyata Jogya dengan penduduknya yang padat dan ramah juga masih dikelilingi dengan kehidupan pedesaan yang alami yang memancarkan panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran, berjejer dari lembah mengejar Gunung Merapi yang setiap saat memancarkan awan asap. Sementara di bagian Selatan terhampar pantai Parangtritis yang menyimpan misteri dengan hamparan pasir putih dan deburan ombak yang saling berkejaran memecah kesunyian alam.
Bila sudah puas menapaki sejarah masa lalu, mendaki ke gunung Merapi, menyusuri pantai Selatan, menapaki Candi Borobudur dan Prambanan. Cepatlah kembali lagi ke tengah-tengah kota Jogya, bila senja menjelang malam, coba susuri kawasan Malioboro untuk menikmati atmosfir seni yang dijajakan dikiri kanan jalan, dan bila kaki lelah melangkah dan rasa lapar terasa menyiksa, segera duduk lesehan untuk menikmat kuliner Jogya yang khas sambil mendengarkan para musisi jalanan melantunkan irama kehidupan.
Jogya dengan keraton sebagai simbol kerajaan Mataram, Borobudur sebagai simbol Candi Budha dan Prambanan sebagai simbol Candi Hindu, Malioboro dengan penjaja souvenir, kuliner dan musisi jalanannya, memang membuat Jogya lekat di hati dan wajar disebut Daerah Istimewa. (Januminro).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar